Postedon April 30, 2015 April 30, 2015 by Habib Segaf Baharun Istihadhoh adalah hal yang sering dialami oleh sebagian wanita, yaitu darah yang keluar di luar kebiasaan, yaitu tidak pada masa haid dan bukan pula karena melahirkan, dan umumnya darah ini keluar ketika sakit, sehingga sering disebut sebagai darah penyakit.
KepergianHabib Hasan Baharun membuat orang-orang disekelilingnya berkabut baik keluarga, santri serta masyarakat, Pasuruan kehilangan tokoh yang sangat berpengaruh tersebut. Habib Hasan Baharun mewariskan ilmu yang dimilikinya dengan meninggalkan bangunan pondok pesantren Darullughah Waddakwah sebagai tempat untuk memperdalami ilmu-ilmu agama
HabibHasan Baharun; Habib Segaf Baharun; Habib Husein bin Hasan baharun; Habib Ali bin Hasan Baharun; Ustadz Ismail Ayyub; Jika ada kebaikan dan pahala dalam penulisan teks khutbah ini semoga bisa menjadi amal jariah untuk orang tua, keluarga dan Para Guru, terima kasih banyak sudah share. Saya kumpulkan teks khutbah ini juga secara khusus
HabibHasan Bin Ahmad Baharun Hasan Baharun Setelah menamatkan sekolah beliau sering mengikuti ayahnya ke Masalembu untuk berda'wah sambil membawa barang dagangan. Keluarga Ustadz Hasan pada saat itu dikenal ramah dan ringan tangan, apabila ada orang yang tidak mampu membayar hutangnya disuruh membayar semampunya bahkan dibebaskan.
Dr K.H. Habib Segaf Baharun, M.H.I. Lahir pada hari Jumat, tanggal 7 juni 1974. Merupakan anak kedua dari Habib Hasan Bin Ahmad Baharun, pendiri Pondok Pesantren Darullughah Wadda'wah (Dalwa) Bangil, Pasuruan.. Pendidikan Habib Segaf Baharun. Habib Segaf Baharun menyelesaikan pendidikan dari SD, MTs hingga MA di Pondok Pesantren Darullughah Wadda'wah.
BersamaHabib Thohir bin Abdullah Al Kaaf (muballigh asal Tegal); Drs. Habib Muhammad bin Hasan Baharun (muballigh dan penulis asal Malang); Habib Ahmad bin Zain Al Kaaf (Yayasan al Bayyinat berpusat di Surabaya); KH. Dawam Anwar (pengurus PBNU); KH. Irfan Zidni (ketua lajnah falakiyah dan dewan syura PBNU); Ust.
LaduniID, Jakarta-Shalawat ini diijazahkan oleh Dr. Habib Segaf bin Hasan Baharun M.HI di sebuah pengajian dalam rangka memperingati hari lahir atau Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Habib Musthafa bin Hasan Baharun (Paman beliau).Shalawat tersebut bernama Shalawat Busyro. Kata beliau, Shalawat tersebut didapatkan oleh salah satu putra dari Habib Hasan Baharun empat tahun yang lalu dari Nabi
lj8z. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption caption="Sosok yang berakhlaq dan bersahaja"][/caption]A. Sejarah Kelahiran dan Silsilah Ust. Hasan BaharunAl Habib Hasan Baharun lahir di Sumenep pada tanggal 11 Juni 1934 dan merupakan putra pertama dari empat bersaudara dari Al Habib Ahmad bin Husein dengan Fathmah binti Ahmad silsilah dzahabiyah yang mulia dari beliau adalah Al Habib Hasan Bin Ahmad bin Husein bin Thohir bin Umar Bin Baharun B. Sejarah Masa Kanak-kanak Ust . Hasan Baharun Sejak kecil kedisiplinan dan kesederhanaan telah ditanamkan oleh kedua orang tua beliau sehingga mengantarkannya tumbuh menjadi sosok pribadi yang mempunyai akhlaq dan sifat yang Sejarah Pendidikan Ust. Hasan BaharunPendidikan agama selain diperoleh dari bimbingan kedua orang tuanya ia dapatkan dari Madrasah Makarimul Akhlaq Sumenep dan dari kakeknya yang dikenal sebagai ulama besar dan disegani di Kabupaten Sumenep yaitu Ustadz Achmad bin Muhammad Bachabazy. Setelah kakeknya meninggal dunia beliau menimba ilmu agama dari paman-pamannya sendiri yaitu Ust. Usman bin Ahmad Bachabazy dan Ust. Umar bin Ahmad Bachabazy. Semangat belajar Ust. Hasan Baharun sejak kecil memang dikenal rajin dan ulet, bahkan apabila bulan Ramadhan tiba beliau belajar semalam suntuk, mulai sehabis tadarrus sampai menjelang shubuh. Beliau belajar dan mendalami ilmu-ilmu agama khususnya ilmu fiqih serta menjadi murid kesayangan Al-Faqih Al-Habib Umar Ba’aqil pendidikan agama beliau juga menuntut pendidikan ilmu umum mulai dari Sekolah Rakyat SR / setingkat SD, Pendidikan Guru Agama PGA 6 tahun dan hanya sampai di kelas 4 karena pindah dan melanjutkan ke SMEA di Masa Remaja dan Pengalaman Organisasi Ust. Hasan Baharun Semasa remaja beliau senang berorganisasi baik Remaja Masjid ataupun organisasi lainnya seperti Persatuan Pelajar Islam PII bahkan beliau pernah diutus untuk mengikuti Muktamar I PII se-Indonesia yang diselenggarakan di Semarang. Dan pernah menjabat Ketua Pandu Fatah Al Islam di Sumenep. beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU Nahdlatul Ulama dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas menyampaikan kebenaran. Dan di Pasuruan menjabat sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia MUI sampai akhir hayat Perjalanan dan Konsep Dakwah Ust. Hasan BaharunSetelah menamatkan sekolah beliau sering mengikuti ayahnya ke Masalembu untuk berda’wah sambil membawa barang dagangan. Keluarga Ustadz Hasan pada saat itu dikenal ramah dan ringan tangan, apabila ada orang yang tidak mampu membayar hutangnya disuruh membayar semampunya bahkan dibebaskan. Sifat-sifat inilah yang diwarisi beliau yang dikenal apabila berdagang tidak pernah membawa untung karena senantiasa membebaskan orang-orang yang tidak mampu pada waktu berkeliling menjajakan dagangan beliau dikenal suka membantu menyelesaikan permasalahan dan konflik yang terjadi dimasyarakat serta senantiasa berusaha mendamaikan orang dan tokoh-tokoh masyarakat yang tahun 1966 beliau merantau ke Pontianak berda’wah keluar masuk dari satu desa ke desa yang lainnya dan melewati hutan belantara yang penuh lumpur dan rawa-rawa namun dengan penuh kesabaran dan ketabahan semua itu tidak dianggapnya sebagai rintangan . Dengan penuh kearifan dan bijaksana dikenalkannya dakwah Islam kepada orang-orang yang masih awam terhadap Islam. Dan alhamdulillah dakwah yang beliau lakukan mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat ataupun tokoh-tokoh lainnya. Di setiap daerah yang beliau masuki untuk berdakwah beliau senantiasa bersilaturahmi terlebih dajhulu kepada tokoh masyarakat dan ulama/kyai setepat untuk memberitahu sekaligus minta izin untuk berdakwah di daerah tersebut sehingga dengan budi pekerti, akhlaq dan sifat-sifat yang terpuji itulah masyarakat beserta tokohnya banyak yang simpati dan mendukung terhadap dakwah yang beliau waktu melakukan dakwah beliau senantiasa membawa seperangkat peralatan pengeras suara Loadspeaker/Sound System yang pada saat itu memang masih langka di Pontianak sehingga dengan hal itu tidak merepotkan yang punya hajat/mengundangnya untuk mencari sewaan pengeras suara. Dan tak lupa pula beliau membawa satir/tabir untuk menghindari terjadinya ikhtilat percampuran antara laki-laki dan perempuan dan perbuatan maksiat/dosa lainnya yang akan menghalang-halangi masuknya hidayah Allah SWT., sedangklan pahala dakwah yang beliau lakukan belum tentu diterima Allah yang beliau lakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dijadikan sarana pendekatan untuk berdakwah kepada masyarakat. Kedermawanan dan belas kasihnya kepada orang yang tidak mampu menyebabkan dagangannya tidak pernah berkembang karena keuntungannya diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu serta membebaskan orang yang tidak mampu membayarnya. Selain itu pula beliau mempunyai keahlian memotret dan cuci cetak film yang beliau gunakan pula sebagai daya tarik dan mengumpulkan massa untuk didakwahi, karena pengambilan hasil potretan yang beliau lakukan sudah ditentukan waktunya, sehingga aabila mereka sudah berkumpul sambil menunggu cuci cetak selesai waktu menunggu tersebut diisi dengan ceramah dan tanya jawab masalah berdakwah beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU Nahdlatul Ulama dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas di dalam menyampaikan kebenaran sehingga pada saat itu sempat diperiksa dan ditahan. Namun pada saat itu masyarakat akan melakukan demonstrasi besar-besaran apabila beliau tidak segera dikeluarkan dan atas bantuan pamannya sendiri yang saat itu aktif di Golkar membebaskan beliau dari tahanan. Dan tak lama setelah kejadian tersebut, sekitar tahun 1970 atas permintaan dan perintah dari ibundanya, beliau pulang ke Madura dan disuruh untuk berdakwah di Madura atau di Pulau Jawa saja. Namun karena kegigihan beliau selama 2 tahun masih tetap aktif datang ke Pontianak untuk berdakwah walaupun telah menetap di Jawa tahun 1972 beliau mengajar di Pondok Pesantren Gondanglegi Malang mengembangkan Bahasa Arab, sehingga pondok Gondanglegi pada saat itu terkenal maju dalam bidang Bahasa Arabnya. 1 2 3 4 5 Lihat Humaniora Selengkapnya
Sidoarjo, NU Online Jatim Habib Segaf bin Hasan Baharun menyampaikan mauidhah hasanah pada acara walimutul ursy Gus Shohibul Burhan putra Wakil Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama PWNU Jatim, KH Agoes Ali Mashuri yang menikah dengan Ning Iftitakhurrahmah, Ahad 12/03/2023 di Pesantren Progresif Bumi Shalawat Tulangan, Sidoarjo. Habib Segaf bin Hasan Baharun mengibaratkan rumah tangga sebagai sebuah sejarah dan catatan yang ditorehkan langsung oleh Allah dan tidak ada seorangpun yang bisa menolaknya. “Barometer kehidupan kita mulia atau tidak bukan tetangga melainkan keluarga sendiri. Kalau orang tua sudah mengatakan kamu adalah anak yang terbaik, istri mengatakan kamu suami yang terbaik berarti kamu memang mulia di sisi Allah SWT,” katanya. Pengasuh Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah Bangil, Pasuruan ini mengungkapkan Islam menganjurkan umatnya untuk sering membuat pertemuan seperti walimatul ursy. “Dalam hadits Nabi dijelaskan, barang siapa yang menikah dan menikahkan maka mereka yang melakukannya dan menyaksikannya akan mendapat ridha Allah yang besar,” ungkapnya. Oleh karenanya dianjurkan setiap walimah pernikahan untuk mengundang para shalihin, habaib dan ulama tiada lain untuk mendapat barakah doa dan restu darinya. Di mana berjumpa habaib dan ulama merupakan sebuah anjuran Nabi Muhammad SAW supaya kebaikan Nabi menular kepada setiap umatnya. “Karena ulama dan habaib inilah menurut Syaikh Ali Jum’ah karunia Nabi Muhammad turun dan menyebar luas sampai pada akhir zaman,” tandasnya.
GaleriKitabKuning Bangil, Pondok Pesantren Darulughah Waddakwah merupakan pesantren berada di kawasan Pier Pasuruan, atau sekitar 1 Km dari pasar Panggilan yang lebih dikenal di masyarakat didirkan oleh Habib hasan bin Ahmad Baharun, sosok ulama kharismatik yang kini memiliki ribuan pesantren dari seluruh penjuru sosok Habib hasan Baharun? berikut ini kami bagikan profil Lahir Habib Hasan BaharunDilansir dari Buletin Islam, Habib Hasan bin Ahmad Baharun, adalah seorang Ulama yang lahir di Pulau Kecil Madura, tepatnya di Sumenep pada 11 Juni dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah yang terletak di Desa Raci, Bangil, Pasuruan Jawa Hasan bin Ahmad Baharun merupakan putra pertama dari empat bersaudara dari pasangan Habib Ahmad bin Husein bin Thohir bin Umar Baharun dengan Fathmah binti masih kecil, Beliau sudah ditanamkan kedisiplinan dan kesederhanaan oleh kedua orang tuanya hingga mengantarkan Habib Hasan menjadi sosok yang berakhlaq tinggi dan pribadinya dipenuhi sifat-sifat Pendidikan Habib Hasan BaharunSelain mendapat didikan langsung dari kedua orangtuanya, Habib Hasan juga menempuh pendidikan dasar di Madrasah Makarimal Akhlaq, juga berguru pada sang kakek, yaitu Ustadz Ahmad bin Muhammad Hasan juga menimba ilmu dari paman-pamannya sendiri seperti, Ustadz Ustman bin Ahmad Bakhabazi dan Umar bin Ahmad menamatkan Madrasah, Habib Hasan melanjutkan pendidikan ke PGA di Sumenep, namun hanya sampai kelas 4. Beliau kemudian melanjutkan sekolah menengah SMEA di kota pahlawan itu, Beliau juga berguru pada Habib Umar Ba’agil. Selain belajar ilmu agama, Habib Hasan sejak usia remaja telah menjadi seorang aktivis gerakan aktif di Persatuan Pelajar Indonesia PPI dan Pandu Fatah Al-Islam di Terjang Dakwah Habib Hasan BaharunSetamat dari SMEA, Beliau mengikuti ayahnya berdakwah dan sembari berdagang ke Pulau ustadz Hasan Baharun dikenal sebagai keluarga yang ramah dan suka membantu siapa ada orang yang tidak mampu membayar hutangnya, maka disuruh membayar semampunya, bahkan tak jarang dibebaskan dari seluruh 1966, Beliau merantau ke Pontianak dan mulai berdakwah dari satu desa ke desa yang selama berdakwah ia selalu membawa seperangkat pengeras suara agar tidak merepotkan masyarakat dan kebetulan saat itu alat pengeras suara masih sangat juga membawa tabir kain pemisah untuk menghindari terjadinya ikhtilat pencampuran antara laki-laki dan perempuan dalam setiap pertemuan yang ia berdakwah, Habib Hasan aktif di partai Nahdlatul Ulama. Ia dikenal sebagai juru kampanye jurkam yang berani dan tegas dalam menyampaikan ia sempat diperiksa dan ditahan oleh aparat keamanan. Pada saat itu, masyarakat akan melakukan demostrasi besar-besaran apabila tidak jaminan dan bantuan salah satu pamannya, akhirnya Habib Hasan tahun 1970, atas permintaan dan perintah dari ibunya ia pulang ke ia masih sempat berdakwah ke Pontianak dan mengajar bahasa arab di Pesantren Gondanglegi Malang.Selain itu, ia juga mengajar di pondok pesantren Sidogiri Pasuruan, Salafiyah Asy-Syafi’iyah Asembagus, Situbondo, Langitan Tuban dan Tulis Habib Hasan Bahrun Tentang Bahasa ArabHabib Hasan bin Ahmad Baharun dari masa mudanya telah memiliki rasa cinta untuk menyebarluaskan bahasa ArabNiat beliau tidak lain adalah kecintaan dan menjalankan perintah Nabi Muhammad saw sebagaimana sabdanya, ”Belajarlah kalian bahasa Arab dan ajarkanlah kepada umat manusia.”Baca Juga Dalil Muslim, Kitab Wirid dan Doa Susunan Habib Hasan BaharunSumbangsih Habib Hasan terhadap dunia Bahasa Arab bisa kita lihat dalam karya–karya tulisnya, antara lainKamus Al-Ashriyah Kamus Modern,Kitab Muhawarah I,Kitab Muhawarah II, Al-Af’al Al-YaumiyyahAl-Asma Doa dan Wirid, Dalil MuslimKitab-kitab yang dikarangnya itu merupakan kitab-kitab yang cukup populer di dunia pesantren dan perguruan tinggi Singkat Pesantren DalwaDari Kecintaan Habib Hasan Baharun terhadap Bahasa Arab akhirnya Habib Hasan bin Ahmad Baharun mendirikan pesantren tepatnya pada tahun ada 6 orang santri yang belajar di rumah sewa di Kota Bangil, Kabupaten sarana dan prasarana yang sangat sederhana para santri tersebut dibina langsung olehnya dan Habib Ahmad selanjutnya, pada tahun 1983 membuka atau menerima santri putri yang berjumlah 16 orang yang bertempat di daerah yang tempat pondok pesantren terus berpindah-pindah tempat dan sampai 11 kali kontrak rumah hingga tahun jumlah santri yang terus berkembang serta tempat rumah sewa tidak dapat menampung jumlah santri, maka pada tahun 1985 Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah pindah ke sebuah desa yang masih jarang penduduknya dan belum ada sarana listrik, tepatnya di Desa Raci, Kecamatan santri pada waktu itu sebanyak 186 orang santri yang terdiri dari 142 orang santri putra dan 48 orang santri putri sekarang sekitar 7500 Santri & santriwati pada tahun 2017.Setelah Ustad Hasan bin Ahmad Baharun wafat pada 8 Shafar 1420 H atau 23 Mei 1999, pondok ini kemudian disasuh oleh salah satu anaknya, yakni Habib Zain bin Hasan bin Ahmad Baharun yang merupakan murid asuhan Almarhum Buya Habib Muhammad bin Alawi bin Abbas saat ini lahan yang ada telah mencapai kurang lebih 4 Ha dan telah hampir terisi penuh oleh bangunan sarana pendidikan dan asrama santri dengan jumlah santri sekitar 1500 yang berasal dari 30 propinsi di Indonesia, negara-negara Asia Tenggara dan Saudi dibina oleh tidak kurang 100 orang guru dengan lulusan/alumni dalam dan luar negeri. Ditambah dengan pembantu yang diikutkan belajar sebanyak sekitar 95 orang .Sebelum Habib Hasan Baharun Wafat, beliau juga selalu menasehati santri-santrinya untuk selalu berbicara bahasa arab dengan niat mengikuti ittiba’ dan meneruskan bahasa yang keluar dari mulut Nabi Muhammad bahasa arab adalah bahasa Al-Qur’an yang suci dan bahasa ahli surga. Semangatnya dalam mensyiarkan bahasa Arab tertanam sejak berusia selalu berpindah-pindah dari pesantren ke pesantren lain, dari madrasah ke madrasah selalu memperkenalkan kepada para pelajar cara belajar bahasa arab dengan mudah dan gampang di mengerti serta di pahami terutama bagi para pengajaran nya beliau selalu memperkenalkan yang pertama kali adalah isim, fiil dan huruf. Beliau selalu berkata,” Bahwa bahasa arab tidak keluar dari tiga unsur diatas, itu semua dilakukan agar orang-orang gemar dan tidak merasa sulit dalam belajar bahasa Arab.”“Semoga kita bisa mengambil Hikmah dari Profil singkat Habib Hasan Baharun, Amin – Ayo Santri”Tonton, Video Pemakaman Habib Hasan BaharunMembaca sejarah para ulama, termasuk Sejarah Habib hasan Baharun ini diharapkan dapat kita jadikan teladan, khususnya di masa yang krisis dengan keteladanan ini. semoga dari
Pesantren Darullughah wad Da'wah PP Dalwa adalah peninggalan Habib Hasan Baharun yang tak ternilai untuk kemajuan pendidikan Islam. Dari sini telah melahirkan banyak ulama yang mendakwah Islam ke berbagai kawasan. Guru Besar Universitas Ibrahimy Jawa Timur Prof Habib Muhammad Baharun menjadi saksi kegigihan Abuya Habib Hasan Baharun. "Saya sendiri pada awal perintisan Dalwa mengajar di sekolah tinggi, ikut membidani berdirinya STAI Dalwa yang lalu jadi IAI. Abuya Habib Hasan Baharun itu adalah seorang da'i dan pejuang pendidikan pesantren yang ulet," kata Prof Baharun kepada Republika, beberapa hari lalu. Sebelum berdirinya pesantren Dalwa, Habib Hasan Baharun memang telah malang melintang dalam dunia dakwah. Sejak muda, ulama kelahiran Sumenep, 11 Juni 1934, itu telah berdakwah ke daerah pelosok di Kalimantan. Bahkan, ia pun membawa semangat dakwahnya ketika terjun aktif berpolitik. Sempat kembali ke tanah kelahirannya dan berdakwah di Madura, Habib Hasan kembali merantau dan mengajar di sejumlah pondok pesantren, seperti Sidogiri, Pasuruan, Pesantren Salafiyah asy Syafi'iyah Asembagus Situbondo, dan Pesantren Langitan Tuban. Hingga kemudi an pada 1981, bertempat di rumah kontrakannya di Bangil, Pasuruan, Habib Hasan dibantu sejumlah keluarga dan kerabat mengajar beberapa orang santri. "Bermodal keikhlasan, keuletan, dan ketawadhuan, akhir 1981 mendirikan ponpes di rumah kontrakan Bangil dengan santri 26 orang. Dengan kesabaran mendidik dan ketulusan, dia mencetak karakter santri yang mumpuni dan mandiri," kata Prof Baharun. Habib Hasan Baharun pun mendapat kepercayaan masyarakat hingga santri bertambah. Habib Hasan Baharun mendapat petunjuk dari Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al Hasani untuk mengembangkan pesantren. Hingga kemudian Pesantren Dalwa pun berdiri tepatnya di Raci, Bangil, Pasuruan. Jumlah santri pada waktu itu sebanyak 186 orang yang terdiri atas 142 putra dan 48 putri. Habib Hasan Baharun wafat pada 8 Shafar 1420 H atau 23 Mei 1999. Pesantren Dalwa kemudian diasuh oleh putranya, yakni Habib Zain bin Hasan Baharun, yang merupakan murid asuhan Almarhum Abuya Sayid Muhammad, Habib Segaf Baharun, dan Habib Ali Baharun. Hingga saat ini, lahan yang ada terus berkembang dan telah hampir terisi penuh oleh bangunan sarana pendidikan dan asrama santri. "Abuya ini selain sebagai pendidik yang kuat, beliau seorang da'i dan penulis. Buah penanya ada belasan judul, khususnya buku-buku pelajaran bahasa Arab dan agama," katanya. Salah satu judul bukunya yang best seller adalah Bahasa Dunia Islam diterbitkan Pustaka Assegaf Surabaya, sudah cetak ulang puluhan kali dan jadi referensi buku bahasa Arab di banyak pesantren. "Buku-buku tersebut sengaja dijual murah agar terjangkau para santri dan royaltinya untuk pembangunan pesantren," katanya. Pesantren Dalwa pun berhasil mewujudkan ke mandirian ekonomi pesantren dengan mengembangkan sejumlah unit usaha, mulai dari hotel, toko serba-ada, usaha roti, katering.
You can see how Habib families moved over time by selecting different census years. The Habib family name was found in the USA, the UK, and Canada between 1891 and 1920. The most Habib families were found in USA in 1920. In 1920 there were 19 Habib families living in New York. This was about 25% of all the recorded Habib's in USA. New York had the highest population of Habib families in census records and voter lists to see where families with the Habib surname lived. Within census records, you can often find information like name of household members, ages, birthplaces, residences, and occupations.
keluarga habib hasan baharun